Bismillahirrahmanirrahim...
Sekitar minggu pertama bulan mei dapat sms dari salah
seorang staff Divisi Kewirausahaan Lisensi untuk mengisi Business Club
Jumat, 12 Mei di kampus. Lalu senin saya janjian bertemu dengan beliau untuk
merencanakan skema acaranya, karena saya baru pertama kali mengisi disana.
Alhamdulillah senin itu sebenarnya saya agak kurang enak
badan karena malam sabtu malam kemarinnya saya kundangan kerumah teman saya di
pamulang pulangnya kemaleman. Ketika saya sampai kampus saya menunggu beliau
sampai akhirnya saya dapat sms dari beliau bahwa beliau gk bisa datang
kekampus.
Sekitar jam 2pm saya bergegas pulang karena memang saya niat
kekampus buat bertemu beliau untuk rapat acara Business Club nanti. Bahkan
ketika saya tiba dirumah saya sampai meninggalkan handphone saya dikantor teman
saya di fakultas, yang kembali memaksa saya untuk kekampus kembali selasanya,
yups! Kembali dengan keadaan kurang enak badan.
Sebelum hari jumat, saya mendapat kabar bahwa acara hari
jumat itu (10 Mei) batal dan terpaksa diundur jumat depannya tanggal 17 Mei.
Dan saya juga mendapat kiriman message di inbox fb bahwa tema yang harus saya
bawakan adalam MENGGAGAS INOVASI BISNIS.
Tibalah hari jumat 17 Mei, saya berangkat kekampus sekitar
jam 9am dan tiba disana sekitar jam 10am. Dari rumah memang niat jumatan disana
karena saya yakin gk akan keburu klo seandainya jumatan dirumah sementara
jadwal acaranya jam 1pm.
Setelah shalat jumat saya bergegas ketempat acara,
Alhamdulillah.... masih sepi. Saya langsung menghubungi PJ acara dan Ketuanya.
Saya menunggu disana sampai jam 2pm lewat. Namun akhirnya acara bisa dimulai
juga sekitar jam 2.30pm dan berakhir jam 4pm.
Senang bisa berdiskusi tentang MENGGAGAS INOVASI BISNIS dengan
teman-teman Lisensi. Karena memang dari awal saya presentasi, saya mengatakan
bahwa kita sama-sama belajar. Jadi klo memang ada yang kurang difahami, kita
pecahkan bersama-sama.
Berikut beberapa pertanyaannya... *yang saya ingat...
hehe
Q : “gimana caranya kita
bersaing dengan KFC ? karena KFC makanannya enak, dan mempunyai tempat yang
luas. Klo kita ingin bersaing dengan mereka kita kalah dalam modal untuk
membuat tempat makan yang luas...”
A : (saya bertanya kepada
peserta yang lain) “apa mempunyai tempat usaha kuliner harus bagus seperti
KFC ?”. (salah seorang menjawab) “gk juga... buktinya kaya tempat makan
angkringan...”. saya meneruskan “didekat rumah saya ada lho pedagang Ketupat
sayur yang berdagang menggunakan gerobak dan menggunakan tikar seadanya untuk
para pelanggan yang ingin memakan langsung ditempat, dan itu pun bukanya malam
hari sektar jam 12 malam didepan halte taman makan pahlawan kalibata... biarlah
KFC dengan “caranya” kita dengan “cara kita”. Contoh lainnya bisa
teman-teman lihat di pesanggrahan, disana banyak yang bisnis kuliner, dan kita
lihat tempat sebagus Bamboo Ina yang tempatnya saung dan luas. Namun tak semua
orang mau makan disana karena tempatnya berada diujung. Belum lagi mahasiswa
yang uangnya sedang sedikit, pasti memilih makan di warteg. Lalu yang perempuan
mungkin karena mementingkan juga faktor kebersihan maka mencari tempat yang
bersih meskipun makanannya agak terlalu mahal, dsb. Disini kembali lagi masalah
“selera” dan “minat pasar” menurut saya. Toh saya yakin dengan
kemewahan KFC masih banyak koq orang yang mau makan dipinggir jalan, lebih
merakyat... istilah mereka.”
Q : ”gimana kak cara biar
harga dagangan kita sesuai dengan segmentasi mahasiswa? Kan kita juga terbentur
dengan cost kita, nanti klo harganya kita naikin dagangan kita gk laku...”
A : “klo menurut saya,
sebelum kita menetapkan harga per pcs nya pasti kita akan menganalisis terlebih
dahulu. Hal ini tanpa diperintahkan sekalipun, saya yakin pasti para pebisnis
melakukan hal ini, tak terkecuali pebisnis kuliner. Maksud saya yang dianalisis
adalah berapa Modal + Biaya yang sudah kita keluarkan lalu kita analisis
berapa keuntungan yang harus kita dapatkan agar mendapatkan Laba, minimal balik
modal. Dan setelah penetapan harga dan mulai menjual kita lihat kembali respon
konsumen, apakah harganya kemahalan? Jika ya kita kurangi bahan-bahan yang
tidak begitu diperlukan agar efesien.
Q : “iya kak, kan
mahasiswa biasanya lebih mementingkan harga dulu ketimbang rasa... tapi gimana
caranya juga ya kak biar dagangan kita rasanya sama enaknya dengan brand
kuliner yang besar tapi harganya, mahasiswa gitu kak?”
A : “klo seandainya
masakan kita bisa sama enaknya dengan brand besar itu bagus banged!, tinggal
kita main di porsi, kemasan atau yang lain agar bisa sesuai dengan kantong
mahasiswa. Teman-teman pernah makan di Waroeng Steak? Disana, antara makanan
yang Single dan Double itu beda dikit banged ya kan?! Jadi orang berfikiran “mendingan
gw beli yang Double deh, toh Cuma beda berapa ribu doang”. Ini contoh di porsi
dan harga. Temen-temen juga bisa mencontoh ini, misal dengan harga Rp
5.000,- per pcs apa saja yang didapatkan konsumen, lalu buat juga dengan harga
Rp 10.000,- dengan porsi yang jauh berbeda. Saya yakin koq, klo emang rasa
makanan kita enak berapapun harganya asal masih terjangkau (wajar) bagi
mahasiswa pasti dibeli. Namun jangan memainkan harga seenaknya pada waktu-waktu
tertentu. Misalnya bagi para pedagang kuliner yang menjajakan dagangannya di
Fakultas-fakultas. Ketika hari itu hujan, banyak mahasiswa dan dosen yang tidak
bisa membeli makanan keluar fakultas karena hujan. Lalu para pedagang
memanfaatkan kondisi ini untuk menaikkan harga guna mendapatkan keuntungan yang
sangat tinggi.”
Q : “kaka kenal Yoris
Sebastian? Beliau ketika di Hard Rock Cafe membuat acara yang belum ada
sebelumnya yaitu i like Monday. Beliau ingin merubah image bagi sebagian
orang yang tidak menyukai hari senin, berubah menjadi menyukai hari senin
dengan program musiknya yaitu i like Monday. Gimana pendapat kaka dengan
hal yang sama ketika di Produk suatu bisnis?”
A : “wah bagus dong klo
begitu, berarti beliau orang yang berani mengambil resiko. Seperti yang ada di
slide kaka tadi tentang penjual KERIPIK KULIT SINGKONG. Selama ini yang
familiar di masyarakat adalah keripik singkong bukan kulitnya, namun ditangan
seorang Ibu di daerah Jawa Tengah kulit singkong yang tadinya Cuma digunakan
sebagai limbah atau pakan ternak malah bisa menjadi makanan unggulan.”
– Dengan segala keterbatasan ilmu yang saya miliki,
wAllahualam...
Jakarta, May 23rd
2013 | 1.34pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar Anda memang tak langsung tampil, karena harus di approval terlebih dahulu.
terima kasih atas tanggapan, saran dan kritiknya ^o^
- Muhamad Ihsan -
twitter : @Muhamadihsan_