Sa’di
sang penyair bertutur, “suatu ketika aku
pergi semalaman bersama sekelompok orang. Bersama kami ada pula seorang yang
terobsesi kepada Allah dan tenggelam dalam cinta-Nya. Hari belum lagi fajar
tatkala kami mencapai sebuah hutan tempat kami memutuskan untuk beristirahat.
Namun sesampainya disana, lelaki itu mengucurkan air mata kemudian menghambur
ke dalam rimba dan segera beribadah serta berkomunikasi dengan Tuhannya dengan
sedemikian khusyuk.”
Jika waktunya tiba, semoga tarian jari-jemari dimasa hidupku ini, bisa membantuku saat dihadapan-Nya...
- Muhamad Ihsan "Pangeran Bontot"
- Duren Tiga, Pancoran, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
- Muhamad Ihsan ‘Pangeran Bontot’ | Pria kelahiran Jakarta 26 Des ’90 yang ketika SMK mengambil jurusan Akuntansi ini berhasil menyelesaikan Studinya dengan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy) dari UIN Jakarta pada tahun 2013. Setelah lulus kini dia menjadi salah satu pengajar di Katakazya Islamic Preschool. Ihsan Pangeran Bontot Corp (@IhsanPBcorpID) merupakan usaha yang dirintisnya sejak kuliah, dan telah melahirkan Online Bookstore bernama Pangeran Bontot Bookstore (@PBbookstore). Pria yang juga aktif di komunitas Tangan Di Atas wilayah Jak-Sel, Komunitas EntrePrayer dan YISC Alazhar ini mempunyai keinginan yang sangat mulia yakni menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamanya.
Selasa, 10 April 2012
Doa untuk orang yang telah meninggal
Ketika
Bahiyah, seorang wanita saleh menjelang ajal, ia menengadahkan kepalanya dan
berdoa “Duhai Tuhan, Dia Yang menjadi
pelindungku! Kuserahkan hidupkau pada-Mu, janganlah tinggalkan hamba di saat
kematian dan bebaskanlah hamba dari siksa kubur.”
Pertanyaan Si Miskin kepada Rasul
Pertanyaan Si Miskin kepada Rasul
Sebagian
kaum miskin Madinah menemui Rasulullah saw dan berkata, “orang-orang kaya dapat melakukan berbagai kebajikan seperti
membebaskan budak, bersedekah, menunaikan ibadah haji, dsb. Sementara kami
tidak bisa (sehingga mereka akan lebih banyak mendapat pahala dibandingkan
kami).”
Rasulullah saw bersabda, “seseorang yang mengucap Allahu Akbar 100x
akan diberi ganjaran membebaskan 100 orang budak. Seseorang yang berdzikir
Subhanallah 100x akan mendapatkan balasan yang lebih baik ketimbang mereka yang
menunaikan haji. Melantunkan Alhamdulillah 100x lebih baik dibandingkan
menyedekahkan 100 ekor kuda yang penuh muatan. Dan berdzikir Laa Ilaaha
Illallaah 100x, akan memasukannya kedalam golongan manusia terbaik di Hari
Perhitungan.”
Setelah mengetahui hal ini,
orang-orang kaya di Madinah mulai melaksanakan anjuran Rasul sehingga kembali
orang-orang miskin tadi menyampaikan keluhan kepada Rasulullah saw, “Orang-orang kaya juga melaksanakan
anjuranmu, wahai Rasul.” Menyimak keluhan mereka, beliau saw mengingatkan, “itu adalah kemurahan serta kedermawanan
Allah. Dia melimpahkannya kepada siapa pun yang –Ia kehendaki.”[1]
Dikutip dari buku “The Top Chicken Soup 3”
(persembahan Nabi saw & keluarganya); diterjemahkan dari Anecdotes for
reflection 3; Sayid Ali Akber Sadaqat; pustaka Iman; September 2006/Sya’ban
1427H [halaman 35]
Zikir saat mengahadapi musuh
Zikir saat mengahadapi musuh
Ketika
Rasulullah saw sedang menghadapi pertempuran, lalu beliau saw memerintahkan
pasukannya untuk berhenti. Dengan maksud beristirahat, beliau menjauh dari
pasukannya dan mulai menuju tempat tersendiri. Pada saat bersamaan, hujan mulai
turun dan tercurah begitu derasnya hingga air mulai membanjiri daerah itu dan
membuat Rasulullah saw terpisah dari pasukannya.
Menyaksikan perubahan cuaca,
beliau saw duduk dibawah naungan sebuah phon. Ketika itulah Huwairits Ibn
Al-Harits kebetulan melihat beliau saw. Dia berteriak kepada teman-temannya, “lelaki ini adalah Muhammad, ia terpisah
dari pasukannya. Semoga Allah membinasakanku jika aku tak memebunuhnya!”
Huwairits kemudian menghunuskan pedangnya dan berlari memburu beliau saw seraya bertanya, “Siapa yang dapat melindungimu dariku?” Rasulullah saw menjawab, “Allah.” Kemudian perlahan beliau saw berdoa, “Ya Allah! Lindungilah diriku dari kejahatan Huwairits dengan segala cara yang Engkau perkenankan.”
Sesaat sebelum ayunan pedang Huwairits mencelakakan sasarannya, tiba-tiba muncul sesosok malaikat yang menerjang bagian punggungnya sehingga ia tersungkur ke tanah dan lepaslah pedang dari genggamannya. Rasulullah saw memungut pedang itu dan berkata padanya, “sekarang, siapa yang dapat menyelamatkan dirimu, dariku?” huwairits menjawab, “tak ada.” Maka Rasulullah saw memberi nasihat, “terimalah Islam dan aku akan memngembalikan pedangmu!” namun Huwairits menolak, “aku takkan masuk Islam tapi aku berjanji takkan memerangimu dan pengikutmu lagi, aku juga tak akan menolong siapa pun yang menentangmu” jawabnya.
Setelah Rasulullah saw memngembalikan pedangnya, Huwairits berkata, “aku bersaksi, engkau lebih baik dariku.”[1]
Dikutip dari buku “The Top Chicken Soup 3”
(persembahan Nabi saw & keluarganya); diterjemahkan dari Anecdotes for
reflection 3; Sayid Ali Akber Sadaqat; pustaka Iman; September 2006/Sya’ban
1427H [halaman 30]
Langganan:
Postingan (Atom)