Mother-Prenuer!
Seperti biasa setiap paginya saya bersama ibu saya berdagang
nasi uduk di depan rumah kami. Ketika saya sedang mengangkat meja untuk jualan,
saya melihat seorang ibu mungkin umurnya sekitar 60-70an pagi-pagi buta sudah
membawa dagangannya berjualan keliling sekitar daerah rumah kami.
Ada rasa tidak tega, dengan usia yang sudah sangat tua,
beliau mengangkat beban yang bisa dibilang tidak enteng. Yang beliau jual
gorengan dan nasi uduk yang sudah di bungkus-bungkus.
Beliau berdagang dari jam 5.30am pagi sudah “ngider”. Dan
kembali kerumah siang harinya.
Jika sedang beruntung, dagangannya akan terjual
semua namun terkadang juga dagangannya tidak terjual sama sekali.
Semangat seorang ibu ini sangat hebat. Demi mendapatkan
rejeki yang halal beliau mau bangun pagi menyiapkan segala perlengkapan buat
dagangan yang dia jual, lalu mengambilnya ke produsen lalu menjualnya ke
pembeli dengan cara berkeliling.
Itu jika seandainya beliau menjadi distributor, namun
bagaimana jika beliau yang memproduksi sendiri dagangannya?. Mungkin beliau
akan tidur larut malam demi menyiapkan semua dagangannya untuk esok paginya
seperti yang dilakukan ibu saya.
Ibu saya ketika esok hari akan berdagang, beliau selalu
tidur diatas jam 11-12 malam. Sejak bakda shalat isya beliau memasak dan menyiapkan
segalanya untuk esok pagi. Dan esok paginya beliau memasak gorengan sembari
saya menyiapkan meja dan membawa dagangan kami ke depan rumah.
Dan... ibu saya melakukan ini sejak saya SD! Lalu lajut
ketika saya SMP dan SMK. Bahkan sampai ayah saya wafat ketika saya kuliah baru
menginjak 1 minggu. Dan dengan jalan berdagang nasi uduk lah ibu saya membiayai
saya kuliah sampai saya menjadi sarjana saat ini.
Semangat seorang Ibu...
Rasanya kurang tepat bagi
saya jika perempuan atau wanita diakatakan mahkluk yang lemah. Karena
pernyataan ini seakan “ditampar” oleh peristiwa ketika wanita hamil sampai dia
melahirkan, dan seperti kisah yang saya jelaskan tadi.
Seorang wanita yang dikatakan lemah, tapi dengan semangatnya
memberi makan anak-anaknya, menyekolahkan, membiayai keperluan sehari-hari
mereka dengan jalan yang halal, ini tidak bisa dianggap remeh.
Berapa banyak kita melihat kasus-kasus aborsi? Ibu yang tega
membuang anaknya seperti membuang bangkai tikus karena hubungan diluar nikah.
Lupakah mereka jika di akherat nanti anak ini akan meminta pertanggung jawaban.
Lupakah mereka bahwa sampai kulit di sekujur tubuh pun akan
memberikan “kesaksiannya” diahadapan-Nya? “wahai Tuhan, dulu ketika di
dunia aku (kulit tangan) selalu dipegang-pegang oleh lelaki yang bukan mahram ku...
bahkan tak hanya dipegangnya namun juga dicium-ciumnya...” kulit tangan
berkata. “wahai Tuhan, dulu ketika di dunia aku (kulit tubuh) selalu
memeluk tubuh lelaki yang bukan mahram ku... saat hujan atau pun panas, saat
dirinya menjemputku kuliah atau sekolah” kulit tubuh berkata.
Lalu lupakah yang laki-laki bahwa itu akan mereka dapatkan
juga kelak? Ketika mata mereka berkata “wahai Tuhan, dulu aku selalu
melihat aurat wanita-wanita yang bukan mahramku... di facebook, di twitter...
dsb...”. lalu kulit tangan juga berkata, “wahai Tuhan, dulu
ketika di dunia aku selalu memegang yang –Kau haramkan...”
Ketika ada seorang anak perempuan bertanya kepada Ibundanya,
“bunda... kenapa aku tidak diizinkan pacaran... ?” (read: zina).
Ibundanya menjawab... “nak... (dengan nada lirih) kelak kau pun akan
melakukan hal yang sama kepada anak perempuanmu kelak nak... dan saat itu kau
akan mengerti alasannya kenapa seorang Ibu melarang anaknya pacaran (read:
zina)”.
Lalu ada seorang anak laki-laki bertanya kepada Ayahandanya,
“ayah... kenapa ayah selalu memarahiku ketika aku meninggalkan shalat...
? Ayahandanya menjawab... “nak... (dengan nada lirih) kelak kau
pun akan melakukan hal yang sama kepada anakmu kelak nak... dan saat itu kau
akan mengerti alasannya kenapa seorang Ayah selalu memarahimu ketika aku
meninggalkan shalat...”.
Jakarta,
April 2th 2013 | 10:36am
IhsanPangeranBontot.Blogspot.Com
Entah Bagaimana Saya Dapat Memberikan Yang Terbaik Untuk Ibu Ku, Aku Merasa Gagal Membahagiakannya
BalasHapus