Asuransi Syariah? Ekonomi Syariah?. Salah seorang dosen saya pernah mengatakan bahwa mengedukasi masyarakat tentang Asuransi Syariah itu lebih sulit ketimbang mengedukasi masyarakat tentang ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah dan Waqaf). Beliau mengatakan bahwa dengan membacakan Ayat-ayat Alquran atau Hadits yang berhubungan dengan ZISWAF maka akan sangat membantu untuk mengedukasi masyarakat. Tentunya sebagai syiar dan dakwah mereka yang paling utama yaitu menyampaikan kebenaran akan Ayat-ayat Alquran dan Hadits tersebut.
Dulu saya sempat “khilaf” setuju dengan argumen dosen tersebut, namun saya fikir itu merupakan tantangan juga buat saya sebagai mahasiswa Asuransi Syariah di salah satu Universitas di Selatan Jakarta. Masa iya sih Ayat-ayat dan Hadits cuma bisa mengedukasi ZISWAF? Terlebih sampai sekarang masih ada sebagian ulama yang mengharamkan Asuransi Syariah. Yaaa jangan kan Asuransi Syariah, Perbankan Syariah pun hingga saat ini masih diperdebatkan ke-Syariah-annya.
Yang setuju
dan menolak tentu ada dasarnya. Namun menurut saya jika saya ilustrasikan
seperti ada seorang mualaf yang baru belajar mengenakan baju koko (islami),
sarung dan peci. Karena mereka belum terbiasa mengenakannya jadi kita harus
memaklumi jika ketika memakai baju koko nya dengdet (ngancinginnya ngaco),
sarungnya masih kendor dan pecinya juga kurang pas. Yang harus kita syukuri
adalah kesediaanya masuk Islam dulu, yang masih kurang disempurnakan sambil
jalan.
Begitupun
dalam Perbankan Syariah dan Asuransi Syariah. Seharusnya kita harus bersyukur
dulu karena di Negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia ada Lembaga
Keuangan Syariah Bank dan Non-Bank. Istilah salah seorang dosen saya juga
ketika kuliah, LK yang konvensional (Non-Syariah) sudah “disyahadatkan”. Dan
kekurangannya, kedepan kita sempurnakan jika kita tetap optimis, semangad dan mau
menganggap semua hal ini sebagai tantangan untuk membumikan Ekonomi Syariah di
Indonesia khususnya dan di Dunia umumnya.
Namun karena
melihat hagemoni Ekonomi Syariah di Indonesia, kini banyak yang serba Syariah
bermunculan. Bukannya saya kurang setuju, yang saya takuti adalah banyak oknum
yang menjadikan keadaan ini sebagai market share mereka, akhirnya tujuan utama
dari Ekonomi Syariah itu sendiri yakni berkegiatan Ekonomi yang sesuai dengan
nilai-nilai Islami (Syariah) seperti Riba, Maisir, Gharar, dll melenceng karena
mereka fokus di market share tadi yang mencari keuntungan dari keadaan ini.
Jadi menurut
saya tidak mengherankan jika Ekonomi Syariah pertumbuhannya tidak signifikan.
Karena dari tujuannya saja tidak Syariah yakni mencari profit bukan sebagai
syiar atau dakwah bahwa memang Ekonomi Syariah itu wajib bagi seorang Muslim.
Yuks
ber-Asuransi Syariah..^^ “bermegah-megahan telah melalaikan kamu {1} sampai kamu masuk
kedalam kubur {2} sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu)” {3}
[QS. At-Takatsur]
Ayat di atas
menggambarkan bahwa harta telah melalaikan manusia hingga masuk ke kubur. Betapa
banyak kita mendengar kisah orang-orang yang akibat harta yang dimilikinya
mereka sampai lupa keluarga, saudara, kerabat, bahkan Tuhan-Nya yang
meminjamkan harta tersebut kepadanya.
Salah
satunya adalah Qarun, orang yang dipendam ke bumi beserta seluruh harta
yang dimiliki. Mungkin sebab itulah
mengapa setiap ada orang yang menemukan harta yang tersembunyi di dalam bumi
(daratan/lautan) dinamakan harta karun (plesetan qarun).
Itu jaman
dahulu, lalu apakah masih ada qarun di jaman modern seperti ini? Menurut saya
banyak, bahkan banyak banged banged. Di Indonesia banyak memiliki orang-orang
yang mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit. Rumah dimana-mana, mobi lebih
dari satu, dsb.
Bahkan
sebagian diantaranya mengumpulkan harta dengan jalan yang bathil dengan jalan
korupsi, inilah bukti bahwa the next qarun telah kembali!!!
Lalu
bagaimana kaitannya dengan Asuransi Syariah? kembali merujuk ayat yang saya lampirkan di atas
bahwa harta dapat menina bobokan kita sampai ke liang kubur.
Saya ambil
kasus, tuan A seorang pegawai di salah satu perusahaan multi nasional dengan
gaji > 10jt/bulan dan belum termasuk tunjangan. Dengan gaji yang
didapatkannya, tuan A dapat membeli apapun yang dia inginkan. Rumah, LED TV,
Mobil dan barang mewah lainnya.
Namun,
ketika 3 tahun bekerja tuan A harus menerima kenyataan bahwa perusahaannya
terlibat skandal korupsi yang mengakibatkan perusahaannya harus ditutup dan
secara otomatis tuan A dan karyawan lainnya tidak mempunyai pekerjaan lagi.
Ketika
terbaring di Rumah Sakit tuan A tersadar, kenapa ketika sehat dirinya tidak
membeli produk Investasi yang akan digunakannya unruk keperluan yang bersifat
darurat seperti ini. Lebih bagus jika uangnya di Investasikan ke Investasi yang
berlandaskan Syariah seperti salah satunya Asuransi Syariah yang tentu akan
sangat bermanfaat bagi dirinya saat ini.
Salah
seorang mentor saya pernah berucap “kalau kita memang sudah tawakkal
kepada Allah buat apa ikut asuransi, meskipun itu Asuransi Syariah”.
Karena beliau mentor saya, saya hanya tersenyum mendengarnya. Takut ? ini bukan
perkara takut atau tidak, tapi perkara adab antara guru dan murid. Sepanjang
perjalanan pulang saya terus kefikiran kalimat mentor saya tersebut hingga
akhirnya saya menemukan jawabannya.
Kita ulangi
sekali lagi kalimat mentor saya tersebut... “kalau kita memang sudah
tawakkal kepada Allah buat apa ikut asuransi, meskipun itu Asuransi Syariah”
jawaban saya adalah bentuk tawakkal kita tidak DIAM dan PASRAH begitu saja,
saya mencoba mengilustrasikan misalkan ketika kita tertimpa suatu penyakit,
lalu kita berkata “saya bertawakkal kepada Allah dengan apa yang akan
saya alami kedepannya”. Kalau mau tawakkal berobat dulu ke dokter
(ikhtiyar) lalu setelah berobat baru tawakkal akan kesembuhan penyakitnya.
Bukankah
kita pernah mendengar kisah pada zaman Rasulullah saw ada orang yang ketika tiba
di suatu tempat lalu dia turun dari kuda tunggangannya dan meninggalkannya
begitu saja (tanpa diikat) lalu Rasululah saw bertanya kepadanya “kenapa
kamu tidak mengikat kudamu terlebih dahulu?”, orang itu menjawab “aku
bertawakkal kepada Allah” lalu Rasulullah saw berkata “jika kau
bertawakkal kepada Allah, maka ikatlah kudamu dahulu (ikhtiyar), ada atau pun
tidak kudamu setelah kau kembali itu kehendak Allah”.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAaaa,,, seneng dh baca'a ka mksi ud share ilmu'a ;)
BalasHapusmakasih vieta :)
Hapussemoga bermanfaat.
Yup bro,
BalasHapusmengenai kata ikhtiar dg pengertian harfi/maknawi saya sangat sepakat akan hal itu,apalagi kita pernah diajarkan dharuriyatu khamsin (hak asasi dalam Islam)dimana Hak itu adalah lima hal yang perlu dipelihara sebagai hak setiap orang: 1. Pemeliharaan atas hak beragama (hifdzud dien); 2. Pemeliharaan atas Jiwa (hifdzun nafs); 3. Pemeliharaan atas Akal (hifdzul aql); 4. Pemeliharaan atas Harta (hifdzul mal); 5. pemeliharaan atas Keturunan/nasab (hifdzun nasl) dan Kehormatan (hifdzul 'ird)>>> harta pun masuk di dalamnya,tapi jangan kaya QARUN juga lah hehe, aplagi jika dikaitkan dengan ayat an nisa ayat 9 "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,,,,,"
Dan mengenai pertumbuhan asuransi syariah di bumi indonesia dan dunia yang dikatakakan tidak "signifikan" karena adanya oknum yang memprioritaskan keuntungan daripada kesyariahan adalah menurut saya kurang tepat..
menurut pendapat saya ketidaksinifikannya pertumbuhan Asuransi Syariah bukan karena oknum yang menyulap asuransi konven menjadi syariah, melainkan strategi market Perusahaan Asuransi Syariah lah yang kurang menarik yang menarget kan pasarnya pada scope orang Islam (Muslim) saja, seharusnya stratmarket untuk Asuransi Syariah adalah menitikberatkan pada aspek Financial, karena jika dititikberatkan dari segi Ibadah, toh kita semua sudah tau dan mengerti bahwa sebutan MAGHRIB (Maisir, Gharar, Riba) itu hukumnya haram, jadi tidak perlu diperpanjang lagi....
Semisal contoh, orang Yahudi akan mudah masuk ke lingkungan kita, bahwak hadir kerumah kita, bahkan masuk dalam sel darah kita, dimana mereka sama sekali tidak nampak seperti orang yahudi, itulah permainan cantik (Cerdas) tapi bukan licik atau picik...
Semoga Asuransi Syariah bisa berkembang sebagaimana yang kita idamkan,
SALAM HANGAT
am.harypahlawan@gmail.com
iya bener bang, terus mau nih ngemangin pemasaran asuransi syariahnya diindonesia ? hehe
Hapusmenurut saya asuransi itu penting, namun mencari asuransi yang syariah sangat sulit di indonesia. banyak yang berlabel syariah tapi prakteknya uang polis yang kita setorkan diputar ke dalam bisnis yang jauh dari syariah semata-mata untuk mencari keuntungan.
BalasHapussaya dulu pernah mengajar privat murid smp dan sd, bapaknya bekerja di sebuah perusahaan asuransi Jas.... dan Allll wow dengan level manager kok bisa mereka sekaya itu yang dengan rumah besar dan luas di bilangan pondok labu, sempet saya pernah ngobrol wah enak ya pak kerja di asuransi, beliau bilang yang penting kita bisa memutar uang nasabah kita untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.
oh gitu yaa pak, jadi uang polis kita itu diputar dalam bisnis yang bisa halal atau bahkann tidak halal yang penting untung, terus saya jadi berpikir suatu saat pernah ditawari asuransi yang katanya syariah dengan polis sekian ratus ribu per bulan ntar kalau sepuluh tahun menjadi berlipat-lipat ini dari mana kok uangnya bisa beranak pinak....bukanya ini riba. padahal kalau dihitung secara kasar paling puluhan juta kok bisa dalam sepuluh tahun bisa jadi ratusan juta yaaa.
mungkin itu saja tanggapan saya mas ihsan, saya juga masih awam. silahkan diperjuangkan sistem syariah yang bener-bener syariah.
yaah sayang sekali pak Hendra mendapat teman bicara yang seperti itu :")
Hapussemoga yag baik dan benar lebih banyak yah pak demi membumikan klo emang Islam itu Rahmatan lil alamin bagi semua orang jika dijlankandengan benar, wAllahualam. :)
makasih pa komentarnya.
1. Mengenai perbankan syariah atau asuransi syariah yang masih diperdebatkan ke-syariah-annya ,, saya tidak akan memikirkan hal itu tapi saya akan berpikir bagaimana mengupayakan bahwa syariah atau syariah itu "mendekati" syariah. saya diajarkan untuk lebih memilih yang maslahatnya itu lebh besar dr pada mudharatnya bahkan jika maslahat itu tidak 100 persen (semoga bener hahahah ,,,)
BalasHapus"mendekati berarti hingga 99 persen dan 1 persen adalah ketentuan Tuhan ,,
2. itu kan "kata beliau" klo kata saya, "saya akan ikut menikmati indahnya asuransi syariah." pendapat ahli ekonomi islam mengatakan bahwa islam sangat mendukung orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi hari di masa depan sebagaimana di sampaikan dalam Q.S Al Hadid ayat 7 dan sebuah hadist Al Muslim yang berbunyi, "Allah menyayangi orang yang mencari nafkah baik dan menafkahkannya secara sederhana serta menabung sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya."
3. kesempurnaan ilmu hanya milik Allah ,, ^_^
emm...
Hapuskayanya klo saya gk salah nanti di mata kuliah qawaid fiqhiyah ada kalimat yang menyatakan jika ada 2 pilihan maka yang dipilih itu yang mudharatnya lebih besar bukan mashlahat deh tapi wAllahulam :)
yups berarti anda termasuk orang yang selalu dan insyaAllah akan selalu berfikir positif dan optimis untuk industri ini, terima kash komentarnya :)
hemmmm ,,, yg pasti gw ingetnyeh pilih yg kebaikannya lebih besar dari pada keburukannya. Terima kasih ya ichsan gw dipuji kya gtuh hahahahah ,, luh muji gw kran ga tau ini mUmU atau bener2 mau muji gw wkwkwkwkwk ,,, :D bercanda:p
Hapusehehe,, ku pernah ditawari masuk asuransi san, tp gak jadi ikut, entah krna apa, lupa..
BalasHapusgak terlalu paham sih ama soal beginian, setauku ada perbedaan mendasar antr asuransi konvensional dan asuransi syariah, kalo syariah itu takaful ya? bner gk
hehe :)
Hapusiya hiwa makasih yah hiwa dah mampir :)
nanti dibahas deh asuransi dan asuransi syariah buat yang start up :)
Setuju dengan pendapat dalam tulisan ini, saat ini banyak industri membuka berbagai lembaga bisnis dengan berlabel syariah namun apakah mereka benar-benar menjalankan bisnis secara syariah atau syariah hanya sebagai label untuk menangkap pasar yang luas.
BalasHapusKemudian untuk asuransi, memang sangat sulit untuk mengedukasi, jangankan asuransi syariah untuk edukasi asuransi konvensional saja susah. Karena masih banyak masyarakat berpandangan asuransi seperti "uang hangus" dimana kita selalu bayar premi tapi jika tidak ada klaim maka tidak ada manfaat yang didapat nasabah.
Inilah tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh para lulusan asuransi syariah.
Mari Berasuransi
nah itu dia pak, mengedukasinya pak :")
Hapusternyata bapak yang dosen juga ngerasain, karena ada juga yang komentar seperti itu ke saya pak (uang hangus)...
tapi insyaAllah lah pak saya yakin koq perkembangan asuransi syariah akan semakin berkembang pesat nanti karena semakin berbagai macamnya produk asuransi nantinya dan kesadaran masyarakat terhadap asuransi pun ada dua pilihan, kita biarkan mereka sadar dengan sendirinya, atau kita yang membuatnya sadar bahwa asuransi itu perlu :)
makasih pak komentarnya :")
Asuransi itu penting bgt san menurut saya, namanya org hidup, misal klo tiba2 sakit gak punya duit/ tiba2 banjir besar sperti bbrpa wktu yg lalu byk masyarakat di jakarta yg kehilangan tmpat tinggalnya. Yg gak punya harta lagi, klo ikut asuransi kan lumanyan ada pihak asuransi yg mengganti. Sama seperti kita menabung, klo lg butuh bs diambil, hehe...
BalasHapusNah, klo utk perkmbngan asuransi syariah diIndonesia itu sndri mmng kurang signifikan, hal ini berbanding terbalik dg perbankan syariah yg lebih cpt tumbuh. Mungkin krn masyarakat Indonesia kurang menyadari arti penting asuransi atau tdk memahami asuransi itu penting. Jd yg pertama kali dilakukan oleh pemerintah adalah menyadarkan masyrakat bahwa adanya asuransi sangatlah penting, krn berbeda dg menabung! Sama saperti di Negeri Barat (Amerika) dimana masyarakat disana dari dulu sudah sadar akan pentingnya asuransi, sampai kaki seorang Aktor terkenal di asuransikan? wah!, hehe.., maklum di Indonesia masyarakatnya masih ada yg bersifat kedaerahan, krn kurangnya pendidikan/pendidikan itu mahal, byk yg blum bs baca tulis pdhal teknologi makin canggih, ITULAH POTRET KEHIDUPAN DIINDONESIA YG MANA MENJADI TANTANGAN TERSENDIRI BAGI ALUMNI (khususnya sarjana asuransi), KARNA BISA MENDAPATKAN PENDIDIKAN TINGGI SAMPAI MENJADI SARJANA. Baru nanti bicara asuransi syariah, krn masyarakat di Indonesia masih perlu dukungan dan sosialisasi besar-besaran baik di kota maupun di desa, Apa arti penting Syariah dalam kehdupan ekonomi khususnya utk masyarakat muslim. Sementara utk masyarakat non muslim, mereka pasti akan mengikuti jejak masyarakat muslim utk ikut asuransi syariah, krn lingkungan syariah yg berkembang dg baik.
wahh makasih advicenya :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuslebih baik doa - ikhtiar - doa ..
BalasHapusAllah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu tidak mau merubahnya..
hehe bener banged :)
HapusSetuju san! Sebelumnya juga pernah berpikir kalo tawakal itu ya pasrah sj sm اَللّهُ , toh Dia yg atur, Dia yg jamin hidup kita, jd buat apa ikut asuransi. Tp sejak kapan,lupa jg krn apa kalo tawakal ya ga seperti itu. Eh diperkuat sm tulisan ini.hhe.. Thanks san.. Kl bisa ditmbh sama keuntungan dan kenapa harus pilih asuransi syariah, supaya yg mau berasuransi yaa ke asuransi syariah aja ^^
BalasHapustulisannya makin membuka mata hati pikiran dan cara pandang tentang berasuransi... asuransi itu bukti ikhtiar kita untuk menjaga dr hal yg tidak diinginkan..
BalasHapusmakasih ka buat share ilmunya..... :)
Lanjutkan semoga Asuransi Syariah bisa berkembang,
BalasHapusBagus Lanjutkan
BalasHapussetujuuu! semangat san! tapi gue mau nanya banyak niihh.. :333
BalasHapus