Ketika kita jujur, mungkin akan banyak orang yang tidak suka
daripada orang yang suka terhadap sikap kita. Yaaa... begitulah “konsekuensi”
jadi orang jujur.
Aa gym pernah menyampaikan dalam suatu kajian beliau, bahwa
ketika kita jujur urusan kita dipercaya atau tidak itu bukan urusan kita, yang
menjadi urusan kita adalah bisakah kita menyampaikan sesuai dengan fakta yang
terjadi.
Saya pun mempunyai prinsip bahwa gk akan pernah rugi
orang yang jujur. Entah itu dalam bisnis, atau dalam kegiatan apapun.
Sebagai seorang muslim, pasti kita mengetahui bahwa
Rasulullah (saw) pun dijuluki sebagai “al-Amin” orang yang terpecaya
ketika masanya (saw). Bahkan Ippho “Right” dalam bukunya Enternity
Marketing menyatakan bahwa, kejujuran itu melebihi sifat bersih (clean).
Padahal mungkin hampir semua orang pernah mengalami bahwa
dalam apapun yang kita lakukan selalu ada peluang-peluang yang “menggoda”
kita untuk berbohong. Maka tidak mengherankan orang yang awalnya kita kenal
baik lalu korupsi dsb.
Tapi tak jarang juga kita melihat orang yang memang jujur
lalu di “fitnah” dengan segala apa yang mereka tidak lakukan. Lalu bagaimana
sikap kita? Sesuai dengan kata Aa Gym di awal tulisan tadi, yakni yang menjadi urusan
kita adalah kita harus menyampaikan apa yang terjadi sesuai fakta yang memang
terjadi (sesuai pendangan kita), urusan orang percaya atau tidak itu urusan
Allah.
Hal ini seperti yang pernah terjadi kepada Nabi Yusuf (as)
yang dituduh menggoda Siti Zulaikha Istri seorang raja dimasanya (as).
Inilah “hadiah” dari Allah kepada orang-orang yang
jujur, sebuah ujian yang hanya diberikan kepada orang-orang yang jujur. Dan seperti
yang kita tahu, setelah beliau (as) menjalani hukumannya dipenjara, beliau (as)
lalu menjadi seorang menteri keuangan. Dan setelah menjadi menteri keuangan, beliau
(as) menjadi Presiden bagi rakyatnya dan
dipertemukan kembali dengan Ayahnya (Nabi Yaqub as) dan saudara –sadaranya yang
dulu mencelakakannya karena iri dengan Yusuf as.
subhanallah...
BalasHapus