Pra dan Paska Sidang Skripsi
Sebagai
syarat mendapatkan gelar sarjana, seorang mahasiswa Strata Satu dituntut mampu
membuat suatu penelitian ilmiah yang dinamakan SKRIPSI.
Langkah awal
ketika menuju sidang skripsi dikampus saya adalah membuat proposal skripsi (Bab
1). Lalu proposal skripsi tersebut terlebih dahulu diserahkan kepada dosen PA
(Pembimbing Akademik). Setiap kelas akan mendapatkan dosen PA, jika jaman
sekolah kita mengenalnya dengan istilah “wali kelas”.
Lanjut..., proposal skripsi tersebut akan
dikroscek oleh dosen PA, jika disetujui maka bisa langsung mendaftarkannya
untuk di seminarkan ke prodi. Setelah diseminarkan ada tiga kemungkinan; 1)
proposal skripsi disetujui tanpa revisi, 2) proposal skripsi disetujui dengan
revisi dan terakhir, 3) ditolak dan mengganti dengan judul baru.
Waktu itu
alhamdulillah saya mendapatkan opsi yang kedua, disetujui dengan ada beberapa
bagian yang harus direvisi. Ketika kita sudah menyelesaikan revisi sesuai
dengan yang diminta dosen penguji seminar proposal, maka kita harus menemui
beliau untuk mendapatkan acc bahwa kita benar telah merevisi proposal skripsi
kita.
Acc dosen
penguji sudah ditangan, maka berkas proposal skripsi diserahkan kepada prodi
untuk mendapatkan dosen pembimbing skripsi. Dalam hal ini mahasiswa bisa
merekomendasikan dosen pembimbing yang diinginkannya, seperti yang saya
lakukan, hihihi... dan setelah dapat dosen pembimbing maka SKRIPSI pun
dimulai... jreng... jreng...
Seorang dosen
pembimbing bisa saja langsung mengapproval (acc) surat bimbingan kita yang
menandakan bahwa skripsi kita siap disidangkan (munaqasah). Namun sadarkah kita
bahwa apa yang dilakukan oleh dosen pemimbing kita tersebut adalah untuk “melatih”
kita agar “siap” ketika sidang nanti.
Banyak yang
selalu berfikir, “dospem gw ngeribetin banged deh...”, “dospem lu
enak, disms atau ditelfon langsung balas, lah dospem gw?”, “dospem gw
susah nih ditemuinnya...” belum lagi ada mahasiswa/i yang mengajukan untuk “mengganti”
dosen pembimbinganya, dan masih banyak lagi “kisah-kisah” tentang dosen
pembimbing.
Ketika
skripsi telah selesai sampai Bab V, maka tahap selanjutnya adalah Sidang
Skripsi (Munaqasah). Sidang skripsi pun tak kalah “cetar membahana” nih,
hehehe. Karena kita tidak mengetahui siapakah Dosen Penguji Skripsi kita
nanti. Beberapa hari sebelum sidang skripsi mahasiswa akan mendapatkan kabar via
sms / pengumuman di mading perihal siapa saja yang sidang di hari tersebut
(majelis) berikut nama dosen penguji skrispsinya, eng-ing-eng.
Emm... bukan bermaksud ngeledek, ada lho
mahasiswa yang baru ngeliat pengumuman sidang skripsi langsung nangis. Seriuuuusss...
!!! karena dosen pengujinya tidak sesuai dengan yang diharapkan #JLEB!!!.
Kalau dosen penguji tidak bisa mengajukan pergantian, beda ketika saat
mendapatkan dosen pembimbing, karena dosen pembimbing dan mahasiswa bisa
mengajukan pergantian.
Saat sidang
skripsi pun tiba... berbagai macam doa dan dzikir pun terucap dari bibir mahasiswa
sembari menunggu dosen pengujinya datang, hihihi. Yang tidak pernah
sedekah, jadi rajin sedekah. Yang sholatnya sering di akhir waktu atau bahkan
tidak sholat, jadi selalu bertanya-tanya “udah adzan belum? Gw pengen sholat
nih, sholat yukk!!”.
Satu persatu
dosen penguji datang dan mahasiswa yang diuji oleh beliau mengikuti keruang
mana dia akan diuji. Suasana di ruang ujian (munaqasah) tidak ada yang tahu,
karena masuk sendiri-sendiri. Kita mengetahui setelah dia keluar dari ruang
ujian. Ada yang mukanya senang, sedih, biasa-biasa aja... hohoho, dsb.
Setelah
sidang skripsi, tahap selanjutnya adalah mengerjakan revisi bagi mahasiswa yang
diminta revisi skripsinya, ada yang di tolak skripsinya dan mengerjakannya dari
awal kembali, tapi ada juga yang tanpa revisi. Yang revisi atau ditolak
skripsinya harus menyelesaikannya sesuai dengan batas waktu pendaftaran wisuda,
karena jika melewati batas waktu tersebut dia akan wisuda pada angkatan
berikutnya.
Just
share... ketika
dalam fase ini, “IMAN” si “PEJUANG SEJATI” diuji. Kenapa ? karena ketika
mahasiwa yang melakukan revisi, lalu telah menyelesaikan revisinya sesuai yang
diminta oleh dosen penguji maka sebagai buktinya, mahasiswa harus mendapatkan
acc dari dosen tersebut. Seperti yang saya bilang, “IMAN” si “PEJUANG SEJATI”
diuji, jadi ada lho mahasiswa yang memalsukan acc dosen pengujinya tersebut.
Perlu diketahui, karena jika mahasiswa yang ditolak skripsinya maka nilai
skripsinya dari dosen tersebut akan “pending” alias “belum bisa
lulus” sampai skripsinya kelar dan mendapat acc dosen tersebut.
Saya
mendapatkan berita ini dari salah seorang dosen yang merasa belum memberikan
acc kepada mahasiswa yang diujinya tapi mahasiswanya malah sudah daftar wisuda,
padahal sebagai salah satu syarat pendaftaran wisuda adalah fotocopy lembar
pengesahan dosen penguji, dosen pembimbing, sekretaris dan ketua majelis,
terakhir dekan fakultas.
IMAN si
PEJUANG SEJATI
Disaat-saat itulah
IMAN si PEJUANG SEJATI ditempa oleh keadaan yang mungkin tak pernah kita
bayangkan sebelumnya. Dan benar seperti salah satu lirik lagu di band Superman
Is Dead “pertarungan abadi setan malaikat...” pun tak terhindarkan.
Layaknya
seperti “karang yang dihempaskan ombak” dalam lirik lagu Ada Band, hihihi.
IMAN dan MENTAL kita ditempa agar KUAT.
Dan
izinkanlah saya menceritakan sebuah kisah dari seseorang yang sangat spesial
untuk menjadi role model umat manusia di seluruh dunia yaitu Rasulullah (saw).
Kita semua telah mengetahui ketika beliau (saw) hijrah ke kota Thaif, hampir
semua orang menimpuki Rasul (saw) dengan bebatuan. Tak hanya orang dewasa
melainkan anak kecil pun ikut menimpuki sambil meneriaki beliau (saw) “orang
gila!”.
Karena
banyaknya batu yang dilempar kearah beliau saw, kepala beliau saw pun berdarah.
Namun beliau menahan tetesan darah yang keluar dengan tangannya (saw). Malaikat
yang menyaksikan peristiwa tersebut, tidak tahan dengan sifat orang-orang
Thaif. Akhirnya malaikat datang mengampirinya (saw) lalu berkata “wahai
Rasul (saw), jika kau (saw) mengizinkan aku akan mengangkat sebuah gunung lalu
menimpahkannya kepada Orang-orang Thaif yang menimpukimu (saw) dan menghinamu (saw)
orang gila”. Rasulullah saw bersabda “jangan wahai malaikat, mereka
tidak tahu.. seandainya mereka tahu siapa aku (saw) dan apa yang akan aku (saw)
sampaikan, mereka belum tentu melakukan hal yang sama seperti ini”.
Dalam sebuah
riwayat hadits lain, seorang guru saya pernah menyampaikan. Seandainya
tetesan darah yang keluar dari kepala Rasul (saw) jatuh ke tanah, maka Allah
tidak akan segan-segan untuk menimpahkan Gunung untuk orang-orang Thaif.
Namun kita mengetahui dari kisah tadi, bahwa beliau saw ”sengaja” menahan
tetesan darahnya dengan tanganya. Menandakan bahwa ketika beliau (saw) dilukai
oleh orang yang membencinya pun, Rasul (saw) tetap menyanyanginya meski orang
yang memusuhinya tidak menyukainya (saw).
"Begitulah Allah menempa IMAN si PEJUANG SEJATI terlebih lagi ke makhluk yang paling dicintai-Nya Rasulullah (saw). Bagaimana dengan kita? Sanggupkah kita JUJUR dalam mengerjakan SKRIPSI, sanggupkah kita SABAR dalam mencari data penelitian, sanggupkah kita BERBAIK SANGKA kepada dosen pembimbing maupun dengan Allah akan semua “peristiwa” yang terjadi selama menyelesaikan skripsi?"
“Jangan terlalu sering
GALAU yah... kaya orang yang gk punya TUHAN saja...”
Twitter; @muhamadihsan_
Jakarta, 14 februari 2013 M / 3 Rabi’ul Akhir 1434 H |
05:47 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar Anda memang tak langsung tampil, karena harus di approval terlebih dahulu.
terima kasih atas tanggapan, saran dan kritiknya ^o^
- Muhamad Ihsan -
twitter : @Muhamadihsan_